Kamis, 20 Oktober 2011

Penyebab, cara mencegah dan cara penanggulangan keputihan

Keputihan, dalam istilah kedokteran disebut flour albus atau leukorrhea, adalah keluarnya cairan vagina yang berlebihan dan menimbulkan keluhan. Keputihan paling banyak dialami wanita usia produktif. Tapi, tak menutup kemungkinan bisa terjadi pada anak-anak dan usia tua.

Sesungguhnya cairan yang keluar dari vagina tak selalu berarti keputihan. Sebab, pada saat-saat tertentu vagina akan mengeluarkan cairan yang mutlak diperlukan guna membasahi dinding vagina agar selalu bersih. Cairan tersebut berasal dari selaput lendir rahim, rembesan kulit luar vagina, dan saluran kelamin bagian atas. Gunanya, selain untuk mempertahankan keasaman vagina agar tidak terjadi infeksi, juga sebagai pelumas pada saat berhubungan intim.

Keluarnya cairan dikatakan normal jika terjadi sebelum haid, sesudah haid, pada pertengahan siklus atau pada saat ovulasi, serta saat mendapat rangsangan seks. "Hal ini normal terjadi pada semua wanita di masa produksi. Baik yang bertubuh kurus maupun gemuk," terang dr. Chairulsjah Sjahruddin, Sp.OG dari RSIA Hermina Jatinegara, Jakarta.

Cairan yang keluar di masa-masa itu akan berupa cairan berbentuk jernih, agak kental, tidak berbau, tidak mengalir, dan pH keasamannya antara 3,5 hingga 4,5. Cairan ini biasanya akan hilang dalam beberapa hari tanpa keluhan apa pun.

Cairan dikatakan abnormal atau keputihan jika terjadi di luar masa-masa tersebut disertai perubahan warna, bau, dan keluar dengan jumlah yang agak berlebihan. "Gejalanya terasa gatal atau panas di daerah vulva/vagina, terasa pedih saat hendak kencing, atau sakit saat bersenggama." Rasa gatalnya bisa muncul terus-menerus atau kadang-kadang saja, sehingga tak aneh bila keputihan mengakibatkan penderitanya gelisah. Belum lagi akibat bau yang tak sedap yang ditimbulkannya.

ANEKA PENYEBAB

Lantas, mengapa keputihan bisa muncul? Ada empat hal yang menyebabkan keputihan. Pertama, konstitusional/kondisi tubuh. Misalnya, akibat penyakit kronis yang menahun. "Sebab, penyakit menahun bisa melemahkan daya tahan tubuh orang tersebut, sehingga menyebabkan keluarnya cairan keputihan secara berlebihan." Keputihan juga bisa terjadi pada wanita yang senantiasa tegang/stres dan astenia/kurus.
Kedua, kelainan endokrin/hormon. Misalnya, pada saat hamil, kan, terjadi perubahan hormonal; terjadi suasana asam jadi basa. Hal ini mengakibatkan banyak ibu hamil mendapat jamur. "Nah, kalau jamur ini tak segera diobati, ia bisa naik ke atas menyebabkan ketuban pecah dini."

Ketiga, infeksi. Sebagian besar karena infeksi dari macam-macam organ reproduksi. Bisa infeksi vulva, vagina, mulut rahim, selaput lendir rahim, dan saluran telur. "Semua infeksi itu memberikan gambaran berupa keputihan." Infeksi vulva umumnya disebabkan oleh kuman GO (gonorrhea/gonore), chlamydia, dan herpes simpleks. Infeksi lain disebabkan jamur/candida (candidiasis), bakteri (vaginosis ), dan parasit trichomonas vaginalis (trikomoniasis).

Keempat, sebab-sebab lain, misalnya, masuknya corpus alienum (benda asing). Benda asing ini bisa berupa apa saja; kondom, benang IUD yang tertinggal di dalam vagina, ada kelainan fistula akibat persalinan/tindakan operasi, ada hubungan antara reptum/tempat kotoran dengan vagina atau antara kandung kencing dengan vagina, serta karena tisu pembasuh. "Yang paling sering karena tisu." Hal ini karena wanita memiliki kebiasaan mengelap vagina dengan tisu setiap habis buang air kecil. Bila menggunakan tisu yang gampang hancur terkena air, maka saat mengelap akan ada sebagian tisu yang masuk ke dalam vagina. Lama-lama tisu ini akan menumpuk. "Saya pernah mengeluarkan endapan tisu sebesar bola pingpong, lo. Nah, endapan inilah yang menyebabkan keputihan."

WARNA KEPUTIHAN

Kendati namanya keputihan, warnanya justru tidak selalu putih. Perubahan warna keputihan sangat beragam, tergantung kuman penyebabnya. Bila kumannya berupa trikomonas, maka akan berwarna putih kehijauan dengan bau amis. "Jika penderita mengalami keputihan jenis ini, liang vaginanya akan tampak kemerahan, nyeri bila ditekan, dan terasa pedih saat buang air kecil." Sedangkan bila akibat kandida/jamur, biasanya berwarna putih seperti nasi yang terkena air, vagina tampak merah dan membengkak, disertai rasa gatal yang hebat.

Lain halnya bila keputihan disebabkan vaginosis. Cairan yang keluar biasanya berwarna putih keruh, baunya pun terasa amis. Tapi, tak menimbulkan rasa sakit atau gatal. Sedangkan kalau keputihan berwarna agak kemerahan, maka menandakan adanya kelainan yang lebih serius lagi. "Bisa jadi karena kanker mulut rahim. Ingat, lo. gejala paling dini kanker mulut rahim pun keputihan."

Jadi, lanjut Chairulsjah, keputihan bukan suatu penyakit. Tapi, merupakan gejala penyakit tertentu; baik kanker maupun infeksi. "Kalau terjadi pada anak-anak, maka kita curiga karena ada corpus alienum . Misalnya, masuknya biji kacang atau jagung. Walaupun tak tertutup juga karena infeksi. Sedangkan pada orang tua dicurigai karena keganasan."

Kendati hanya berupa gejala penyakit, keputihan dapat menular, lo. Misalnya, pada suaminya saat berhubungan seksual. "Tular-menular berlangsung timbal balik. Itulah mengapa, kalau istri diobati keputihannya, maka suami harus diobati pula. Jangan sampai istri sudah sembuh, kemudian berhubungan lagi dengan suaminya, maka suami yang belum diobati akan menularkan kembali keputihan tersebut. Demikian juga sebaliknya."

PENGOBATAN SEJAK AWAL

Tentu saja Ibu tak bisa menganggap enteng keputihan. Karena pengobatan wajib dilakukan. Sebelum dilakukan pengobatan, dokter biasanya memeriksa cairan keputihan di laboratorium. "Pemeriksaan keputihan akan melihat warna, bau, dan bagaimana keadaan vagina secara keseluruhan."

Lebih lanjut, pengobatan dilakukan dengan terlebih dulu menyingkirkan faktor-faktor yang mempermudah timbulnya penyakit tersebut. Misalnya, penyakit diabetes, maka akan diobati diabetesnya. Sebab, kondisi terlalu banyak gula pada penderita diabetes juga akan menumbuhkan kandidiasis. Usai itu, barulah penderita diberi obat yang sesuai dengan jenis infeksi penyebab keputihan. "Kalau akibat jamur, maka akan diberi obat anti jamur. Baik pada sang suami ataupun pada istrinya."

Bila diagnosis menunjukkan penyakitnya tidak akut, maka biasanya dokter menyarankan untuk mencuci daerah vagina dengan obat antiseptik. "Sayangnya, seringkali setelah tahu obatnya, pasien tak datang lagi, tapi membeli sendiri obat tersebut, lantas dipakainya terus untuk mencuci vaginanya." Akibatnya, bakteri doderlein di vagina -yang membuat vagina selalu asam- pun akhirnya jadi mati. Maka, suasana asam pun terganggu menjadi basa, sehingga muncullah berbagai penyakit, entah itu kandida/jamur, infeksi dari luar vagina, dan sebagainya

Terlebih lagi bila penderita mengobati sendiri keputihan dengan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran. "Yang dikhawatirkan pemakaian obat bebas tersebut menyebabkan bakteri doderlein mati, sehingga vagina berubah menjadi basa. Padahal vagina harusnya asam dengan pH antara 3,5 hingga 4,5."

Dari segi medis pun, tidak disarankan menggunakan cairan pembersih vagina demi mencegah timbulnya keputihan. Sering, kan, kita menggunakannya, ya, Bu? "Kalau pun ingin memakai harus dilihat kandungannya. Apakah akan membuat vagina basa atau tidak? Sebab, kalau akhirnya nanti jadi basa, maka sama saja dengan mendatangkan masalah. Sebenarnya asalkan yakin suami-istri bersih, kenapa harus pakai cairan segala macam untuk membersihkannya?"

Pendek kata, terang Chairulsjah, jangan sembarangan mengobati keputihan. "Bila muncul keluhan keputihan, lebih baik segera konsultasikan ke dokter." Satu hal lain yang perlu diingat, jangan menundanya sampai parah. Mengingat dampaknya, infeksi bisa naik ke atas. Yang tadinya sekadar di vulva bisa naik ke vagina (vaginitis), naik lagi ke saluran telur (cervicitis), naik lagi ke endometrium (endometritis), naik lagi ke saluran tuba (salpingitis), bahkan bisa keluar dan masuk ke rongga abdomen (perutenitis/radang dari selaput lendir perut. "Nah, kalau hal ini sudah sampai pada kondisi salpingitis, maka ibu akan kesulitan untuk mendapatkan anak."

PENCEGAHAN

Tentu saja bukan berarti keputihan tidak bisa dicegah, Bu. Justru pencegahan menjadi langkah terbaik. Yang utama dilakukan dengan menjaga kebersihan pribadi, terutama organ reproduksi. "Dengan membasuhnya secara bersih setiap kali habis ke belakang. Saat membasuh harus lihat-lihat juga kondisi air. Kalau kotor, ya, jangan dipaksakan. Sebab, air yang tak bersih bisa menyebabkan adanya kuman dan jamur yang akhirnya menimbulkan keputihan." Bila perlu basuh pakai tisu yang tidak mudah hancur.

Yang kedua, begitu ada keluhan keputihan di luar waktu yang alamiah, segera periksa ke dokter. Yang ketiga, sadari penuh bahwa keluarnya cairan itu memang wajar terjadi, terutama pada waktu-waktu tertentu. "Jangan justru menjadi gelisah. Karena adakalanya pada orang yang gelisah, stres, atau kecapekan, akan muncul keputihan."

Yang keempat, jangan memakai pakaian yang ketat. "Minimal tidak terlalu sering karena pakaian ketat hanya akan membuat suasana di daerah reproduksi menjadi lembab. Sementara kelembaban bisa membuat suasana asam menjadi basa. Selain itu, kelembaban juga bisa menjadi tempat bersemayamnya jamur dan kuman." Itulah mengapa, panty liner pun tidak disarankan digunakan terlalu sering. "Karena akan membuat vagina tambah lembab. Bukankah rambut-rambut di kemaluan mengeluarkan keringat atau kelenjar sebasea? Nah, kalau ditekan terus, maka akan tambah keluar keringat."

Yang tak kalah penting, kendati keluhan keputihan tidak muncul, kaum wanita tetap melakukan pemeriksaan pap smear secara berkala. "Minimal setahun sekali, terutama pada orang-orang yang telah menikah."
Jadi, tunggu apa lagi, Bu. Daripada nanti keburu keputihan merembet ke mana-mana, iya enggak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar