Kamis, 26 Januari 2012

Batita Sulit Makan : Kalau Nggak Disembur, ya Diemut


Acara memberi makan bayi jadi mengesalkan karena belakangan ini Si Kecil malas-malasan menelan setiap
suapan. Kalau tidak disembur, ya diemut. Mengatasinya?

Menjelang genap satu tahun, Bobby punya "hobi" baru. Si Gembul yang tadinya doyan makan dan mudah sekali disuapi, kini sering memuntahkan setiap suapan dengan  jalan menyemburkan makanan dari dalam mulutnya. Ini hampir tiap hari terjadi, padahal ibunya sudah berusaha membangkitkan selera makan bayinya dengan  sajian bervariasi, lho.

"Lho, Bening anakku juga gitu. Cuma makanannya bukan disembur, tapi diemut. Jadi tetap saja makannya susah, dua jam baru habis semangkuk," keluh ibu muda lainnya, juga baru punya satu anak bayi.

Bagi ibu yang biasanya tidak punya masalah dalam memberi makan bayinya, saat anak punya kebiasaan baru, menyemburkan atau mengemut makanan, tentu membuat ibu cemas. Biasanya kehawatiran yang muncul adalah ketakutan nutrisi bayi tidak tercukupi. Habis, makanan susah masuknya...

Mekanisme Diet

Menurut Dr. Sri Enggar Sp. A (K) Spesialis Penyakit  dan Konsultan Masalah Anak, sesungguhnya ibu tidak
perlu terlalu khawatir menghadapi perilaku bayi seperti Bobby atau Bening. Katanya, hampir setiap bayi mengalami fase "sembur dan emut" seperti itu, kok.

Perilaku bayi memuntahkan atau menyemburkan makanan bukan karena bayi kehilangan selera makan. Yang lebih mungkin terjadi adalah bayi sedang menempatkan diri dalam diet pemeliharaan tubuh. "Karena, jika bayi makan seperti yang ia lakukan di usia kurang dari satu tahun pertama hidupnya, ia akan mengalami kenaikan berat badan dengan kecepatan sama. Jika ini terjadi, tidak lama lagi bayi Anda akan lebih mirip bola ketimbang bayi," ungkap Enggar, seraya tersenyum.

Sebagian besar bayi mengalami kenaikan Berat Badan (BB) tiga kali BB lahir ketika ia berusia satu tahun. Misal, jika saat lahir bayi ber-BB empat kilogram, maka di akhir usia setahun BB-nya mencapai duabelas kilogram (3 X 4 kilogram). Pada tahun kedua bayi hanya menambahkan kira-kira seperempat dari berat lahirnya. Jadi, bayi yang lahir dengan BB empat kilo, pada tahun kedua  hanya akan menambah BB-nya 1 kilogram (1/4 X 4 kilogram). Tak heran bila pertumbuhan BB bayi pada  tahun kedua lambat. "Jadi menurunnya selera makan bayi saat ini adalah cara tubuh bayi menjamin adanya penurunan kenaikan berat badan," ujar Enggar.

Nah, setiap bayi memiliki perilaku berbeda-beda dalam fase ini. Ada bayi yang sama sekali tak mau membuka mulutnya saat disuapi. Ada yang mau memasukan makanan ke dalam mulut tetapi memuntahkan/menyemburkanya kemudian - sebetulnya tidak semua makanan dimuntahkan, karena pasti ada yang masuk. Ada juga bayi yang berusaha mengurangi jatah makannya dengan mengemut makanan lama-lama di mulut, sampai ibu atau pengasuh bosan, sehingga bayi tidak perlu menghabiskan seluruh isi piring, sebab "menyerah" pada suapan kelima atau tujuh - "Yang penting sudah banyak yang masuk," alasan ibu.

"Semua harus dihadapi orangtua dengan sabar, dan tidak  perlu negative thinking atau sampai mencekoki bayi makanan segala, karena kalau itu yang terjadi malah tidak sehat karena dapat membuat bayi trauma," saran Enggar.

Selain faktor mekanisme diet, ada juga faktor lain yang dapat memicu perilaku bayi tersebut. Salah
satunya adalah bertambahnya minat bayi terhadap dunia di sekitarnya. Saat ini jadwal makan justru terasa
"sangat mengganggu" bayi, lantaran ia sebenarnya ingin terus bergerak, bukannya duduk manis untuk makan. Ada  begitu banyak hal yang dapat dilakukan dan dapat dilihat, sehingga jadwal makan hanyalah menyita waktu.

"Selain itu, di usia bayi menuju batita kemandirian bayi mulai tumbuh. Ini mempengaruhi reaksinya pada
makanan yang disantapnya. Bayi yang sedang dalam  proses berkembang menjadi batita memutuskan dialah
yang menjadi tuan di meja makan, bukan orangtua atau  pengasuhnya. Karena itu bayi mulai memilih makanan yang ingin dikonsumsi," tutur Enggar.

Dokter yang pratik di RSCM Jakarta ini melanjutkan, bisa saja kemarin bayi semangat manyantap bubur beras merah, tapi hari ini menolak mati-matian memakannya. Dalam keadaan ini sebaiknya orangtua mengikuti kemauan bayi dulu. Pastikan saja bayi mendapat makanan pengganti, misal, snacking bergizi dan susu. Toh, kebiasaan ini akan berlalu juga.

Atau Memang Ada Masalah?

Jika orangtua meragukan penolakan bayi terhadap  makanan karena sebab psikologis di atas, Enggar tidak  menyalahkan, memang ada juga kemungkinan bayi mengalami masalah atau gangguan fisik yang  mempengaruhi minat makan. "Yang paling sering terjadi adalah karena tumbuh gigi, " kata Enggar, terutama  saat gigi geraham bayi tumbuh menembus gusi.

Jika ini penyebabnya, kebiasaan bayi memuntahkan atau  menyembur makanan akan disertai mood mudah marah, suka menggigit jari, mulut mengeluarkan ludah berlebihan, kadang disertai demam. "Pertumbuhan ini memang membuat rasa tidak enak pada bayi sehingga ia menolak makan.

Sebaiknya periksakan kondisi ini pada dokter saat  imunisasi bayi," saran Enggar.

Bayi yang sedang tidak enak badan seperti batuk-pilek  juga bisanya melakukan aksi serupa. Sedang bila Anda  mengkhawatirkan sebab lain yang lebih serius, misal, bayi mengalami problem susah menelan, sebaiknya mintalah pemeriksaan pada dokter, meski Enggar menyatakan hal ini kecil kemungkinannya, terutama jika dulunya bayi tidak pernah berulah demikian. "Satu hal yang saya tekankan, orangtua jangan menjadi emosi mengahadapi ulah bayi ini. Bila Anda tetap ingin ada  makanan yang masuk ke mulut bayi lakukan trik-triknya. Jangan melakukan pemaksaan karena hanya akan menimbulkan problem makan yang kronis."

Trik Tangkal Sembur

Ganti makanannya
Beberapa makanan tampak dramatis saat disemburkan dari  mulut bayi, misal, bubur, sereal, yoghurt. Tapi coba ganti dengan makanan berbentuk irisan kasar khusus untuk tumbuh gigi, seperti irisan wortel, pisang, ubi  rebus, atau roti. Efek "seru" saat makanan disemburkan yang hilang, akan mengurangi setengah motivasi anak  menyemburkan makanan.

Beri kesempatan anak makan sendiri
Dengan makan sendiri anak akan terlalu sibuk untuk menyembur dan mengemut karena tugas barunya makan sendiri sangat menarik hatinya.

Biarkan Sendirian
Jika tidak ada "penonton" anak tidak akan mendapatkan kepuasan dari "pertunjukannya", dan akan merasa enggan meakukannya. Letakkan makanan di hadapannya, dan sibukkan diri Anda. Jika Anda mendengar suara semburannya, jangan menoleh.

Hentikan Acara Makan
Dengan wajah dingin, beri anak peringatan tegas, "Jangan menyemburkan makanan". Jika ia mengulang  perbuatannya, ulangi peringatan. Jika ia mengulang lagi hingga tiga kali, segera singkirkan makanan. Anak
akan segera mengetahui maksud Anda.

Sumber: Tabloid Ibu & Anak




















1 komentar:

  1. Hahahahah.. Berdasarkan cerita si emak, dulu aku juga pernah begini waktu masih kecil. Yaa namanya juga anak kecil :D

    BalasHapus