Membersihkan vagina dengan obat-obatan antiseptik, kini semakin
sering dilakukan kaum perempuan. Alasannya beragam. Entah untuk
"kosmetik" atau kesehatan. Padahal, meski dijual bebas di pasaran,
sebenarnya tidak semua wanita dengan bebas bisa menggunakan obat ini.
Pasalnya, obat-obat antiseptik ini, tetap mengandung zat kimia.Sebelum
memutuskan membeli sebaiknya periksa dulu kondisi vagina.
Tak semua wanita bisa menggunakan obat pencuci vagina. Contohnya, wanita
yang punya kecenderungan alergi terhadap zat kimia.Kalau memakai obat
cuci, justru berisiko membuat luka pada dinding vagina. Zat-zat kimia
ini akan menyebabkan iritasi bila bersentuhan dengan serviks atau
dinding vagina sebelah dalam. Akibatnya, bukannya bersih, malah
menimbulkan luka baru. Luka yang terbuka ini bisa berisiko memancing
infeksi. Kalau tidak segera ditangani, infeksi bisa menimbulkan
kemandulan atau bahkan kanker.
PAKAI AIR HANGAT
Namun demikian, bukan berarti obat pencuci vagina tak layak
digunakan. Fungsinya sebagai desinfektan tentu bermanfaat. Ada baiknya
ibu-ibu saksama mempelajari penggunaannya sebelum memakai. Untuk vagina
yang masih sakit, ada infeksi, atau sedang mengalami keputihan akibat
patologis, penggunaannya sama sekali tidak dianjurkan.
Kalau memang organ intim tidak mengalami hal-hal seperti disebut di
atas, obat pencuci vagina boleh-boleh saja digunakan.Tapi tetap saja
harus bijaksana menggunakannya. Artinya tidak boleh terlalu sering dan
jangan dipakai dalam jangka waktu yang lama.
Bila keputihan yang diderita menunjukkan tidak akut, dokter akan
menyarankan untuk mencuci daerah vagina dengan obat antiseptik.Sayangnya
seringkali setelah tahu obatnya, pasien malah mengganggap obat pencuci
itu bisa dipakai terus setiap kali dia mengalami keputihan. Padahal obat
pencuci bukanlah penyembuh keputihan. Salah-salah, keputihan malah akan
bertambah parah.
Pasalnya, suasana asam di vagina terganggu menjadi basa.
Dikhawatirkan malah menyebabkan bakteri sifatnya membantu, yaitu yang
melembabkan dan menjadi pembersih vagina atau lebih dikenal dengan
bakteri doderlein, mati. Akibatnya, vagina berubah menjadi basa. Sebab,
sebenarnya bakteri inilah yang memproduksi asam laktat untuk
mempertahankan pH vagina antara 3,5 hingga 4,5.Bila pH tidak seimbang,
maka kuman lain seperti jamur dan bakteri, malah punya kesempatan hidup
di tempat tersebut. Sehingga muncullah penyakit lain. Yang tadinya
keputihan biasa, misalnya, menjadi infeksi.
Selain itu, jika dipakai terlalu sering, zat-zat kimianya lama-lama
akan menggerus mukosa vagina.Kalau mukosa menipis lalu timbul luka,
kuman akan gampang masuk. Ini malah lebih fatal lagi.Apa pun mereknya
obat pencuci vagina tidak dipakai setiap hari.Untuk desinfektan, cukup
seminggu sekali. Kecuali bila ada indikasi, misalnya infeksi yang memang
memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia. Itu pun harus atas saran
dokter.
Padahal ada cara yang lebih murah dan aman.Cuci dengan air hangat dan
sabun yang kadar sodanya tak terlalu tinggi. Ini justru lebih aman,
terlebih bila dilakukan dengan benar. Artinya, yang dibersihkan cukup
mulut vagina di bagian luar. Itu sudah cukup. Lain halnya jika tengah
bepergian dan tak yakin dengan kondisi air setempat,penggunaan
disinfektan diperbolehkan, dengan catatan tidak dalam jangka waktu lama.
Dan kalau ragu dengan kondisi air,gunakan air kemasan yang bersih untuk
mencuci daerah intim.
Bagi yang tengah hamil, terutama hamil muda, hindari penggunaan obat
pembersih vagina.Zat kimianya bisa mempengaruhi kondisi janin. Letak
liang vagina dekat dengan rahim, sehingga dikhawatirkan cairan yang
berisi zat kimia tadi, ikut masuk mengalir ke rahim.
Kendati kehamilan sudah besar pun, pemakaian obat pembersih vagina
tetap harus dikonsultasikan dengan dokter kandungan. Pokoknya baik hamil
maupun tidak, minta saran dokter kebidanan dan kandungan terlebih dulu
sebelum kita memutuskan membeli obat pencuci vagina.Produsen selalu
bilang, produknya aman bagi setiap wanita. Tapi perlu diingat, kondisi
alat genital setiap wanita berbeda-beda. Sebab, higiene lingkungan,
kebersihan pribadi, dan gaya hidup seksual setiap wanita berbeda-beda.
Hal-hal ini berpengaruh pada kondisi organ intim.
Harus dicamkan pula, obat-obat pencuci vagina ini sifatnya hanya
membersihkan, bukan untuk mengobati.Jadi kalau setelah memakai obat ini
lalu ada perdarahan atau keputihan, segera hentikan dan periksa ke
dokter karena mungkin saja ada alergi.
Cara Menjaga Organ Reproduksi
Daripada sibuk memilih obat pencuci vagina, yang utama perlu
dilakukan adalah menjaga kebersihan di organ reproduksi. Apalagi kita
tinggal di daerah dengan kelembaban tinggi, maka jangan biarkan kuman
bertumbuh subur di daerah reproduksi.
*1.Usahakan higiene di daerah tersebut benar-benar sempurna. Selalu
cebok sampai bersih setiap habis ke belakang. Kalau sesudah BAB,
perhatikan cara cebok, jangan diseret ke depan dari lubang anus ke arah
vagina, tapi justru dari vagina ke belakang, sebab kuman-kuman yang ada
di lubang dubur bisa berpindah ke daerah sekitar vagina.Setelah cebok,
basuh dengan handuk atau lap hingga kering.
*2.Begitu ada keluhan keputihan yang bukan alamiah, misalnya berbau,
berwarna hijau, kuning, disertai perdarahan, banyak dan waktunya sering,
segera periksa ke dokter.Keputihan seperti itu bersifat patologis.Jadi
harus segera diperiksa untuk dicari penyembuhannya.
*3.Jangan kenakan pakaian dalam yang terlalu ketat. Paling baik adalah
yang terbuat dari katun yang menyerap keringat.Daerah di sekitar vagina
harus dijaga agar selalu tetap kering. Pakaian dan celana dalam yang
ketat hanya akan membuat suasana di daerah intim menjadi lembab. Lembab
bisa menjadi tempat berkumpulnya jamur dan kuman.
*4.Hindari pemakaian panty liner terlalu sering karena akan membuat
vagina menjadi tambah lembab. Rambut-rambut di kemaluan, mengeluarkan
keringat. Jika tertutup terus oleh panty liner, keringat akan terus
bertambah sementara bahan panty liner yang tak berpori, menghambat
sirkulasi udara di sekitar vagina.
*5.Untuk mencegah jamur dan kuman tumbuh subur, buang kebiasaan menahan
kencing.Karena ditahan,air kencing menetes di celana. Padahal air seni
ini merupakan lahan subur tempat tumbuhnya kuman.
*6.Sebelum tidur, usahakan untuk mencuci vagina setelah berhubungan dengan suami.
*7. Yang tak kalah penting, kendati keluhan keputihan tidak muncul,
lakukan pemeriksaan Pap Smear secara berkala.Minimal setahun sekali,
terutama untuk wanita yang sudah menikah.
*8. Jangan lupa memperhatikan kebersihan lingkungan secara keseluruhan.
Menjaga higiene lingkungan juga penting. Periksalah kualitas air di
rumah. Air yang kotor tentu tidak layak untuk membersihkan daerah yang
sensitif seperti vagina.
*9. Perhatikan pula kesehatan fisik secara keseluruhan. Bila perlu,
lakukan general check-up secara keseluruhan, termasuk kondisi kesehatan
gigi.Pernah ada penelitian terhadap kasus keputihan yang tidak pernah
berhenti. Ternyata penyebabnya bukan dari jamur atau infeksi di sekitar
vagina, melainkan dari infeksi yang timbul di sekitar gigi. Dengan kata
lain, kesehatan lingkungan memang mempengaruhi kesehatan tubuh, termasuk
kesehatan alat reproduksi.
Daun Sirih Lebih Aman
Ramuan tradisional, juga kerap digunakan kaum ibu untuk membersihkan
daerah intim. Ada yang berbentuk akar-akaran, bubuk, maupun krim yang
dioles.Kalau sifatnya dimasukkan atau ditempelkan langsung ke vagina
sebaiknya dihindari. Sebab akar-akaran, bubuk, atau krim, risikonya
tetap besar. Bisa saja tidak steril.Akhirnya malah menimbulkan luka di
dinding vagina, lalu jadi infeksi.
Bila ingin menggunakan pembersih tradisional, pilih daun sirih.
Caranya,ambil beberapa lembar daun sirih, cuci bersih, lalu direbus.Air
hangat rebusan digunakan sebagai air untuk cebok.Resep tradisional ini
terbukti secara turun-temurun merupakan obat desinfektan yang mujarab.
Bahkan air hangat rebusan daun sirih bisa lebih sering digunakan karena
tidak mengandung zat kimia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar