Kamis, 04 November 2010

Disangka Sudah Keguguran Ternyata Masih Hamil

Vera Farah Bararah - detikHealth
<p>Your browser does not support iframes.</p>


img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Kesalahan mendiagnosis kehamilan kadang terjadi. Tapi tak cuma hamil yang salah diagnosis, ternyata keguguran juga bisa salah didiagnosis. Seorang perempuan dikatakan mengalami keguguran, padahal ia masih hamil.

Kondisi ini pernah dialami oleh Kay Cilenti pada tahun 2005. Pada saat itu ia didiagnosis keguguran setelah mengalami kram dan perdarahan yang hebat, serta hasil USG menunjukkan tidak ada embrio di dalam rahimnya. Tapi dua minggu kemudian saat ia melakukan USG kembali ia dinyatakan masih hamil.

"Saya tidak bisa percaya, karena dua minggu sebelumnya saya dinyatakan keguguran dan saya telah menghabiskan masa-masa kesedihan tersebut dengan minum anggur serta melakukan hal-hal yang berat," ujar Cilenti, seperti dikutip dari Health, Rabu (3/11/2010).

Pada awalnya Cilenti dinyatakan hamil karena hasil tes menunjukkan positif. Lalu ia mengalami perdarahan atau USG tidak menunjukkan ada embrio sehingga didiagnosis mengalami keguguran. Tapi saat dilakukan pemeriksaan beberapa minggu kemudian, terlihat embrio di dalam rahimnya.

"Peristiwa ini sangat langka, tapi memang bisa saja terjadi. Sperma umumnya bisa tetap aktif dan terus hidup di dalam saluran reproduksi perempuan selama enam hari, sehingga bisa saja konsepsi telat terjadi," ujar Charles Lockwood, MD, kepala obstetri dan ginekologi di Yale-New Haven Hospital.

Dr Lockwood menuturkan kondisi ini paling sering terjadi pada kehamilan yang melalui teknik in vitro (bayi tabung) atau bentuk teknologi reproduksi yang dibantu, sehingga terjadi penundaan ovulasi pada perempuan tersebut.

Kondisi ini memungkinkan sel telur untuk menempel dan berkembang di dalam rahim perempuan sehingga tes hCG menunjukkan positif, tapi hasil USG mengindikasikan adanya embrio yang lambat berkembang atau si ibu mengalami perdarahan dari vagina sehingga seseorang akan mengira ia mengalami keguguran.

"Jika tidak ada perdarahan vagina yang berat, seharusnya orang tidak perlu terburu-buru meyakini bahwa kehamilannya sudah berakhir," ungkap Dr Lockwood.

Ibu hamil bisa saja mengalami perdarahan, karena kadar hormon berfluktuatif sehingga memungkinkan rahim untuk melepaskan beberapa lapisan di dalamnya. Umumnya setelah mengalami perdarahan, kehamilan yang berlanjut menjadi lemah. Tapi kondisi ini belum tentu keguguran, karena itu harus menunggu beberapa hari untuk mendiagnosisnya.

Sedangkan gambar USG yang suram hingga kini masih menjadi teka teki. Tapi umumnya melakukan USG diawal kehamilan memang belum bisa menentukan dengan pasti letak embrionya, sehingga jika ia mengalami perdarahan dan mengira keguguran harus melakukan pemeriksaan ulang beberapa hari kemudian.

Selain itu perempuan juga bisa mengukur kadar hCG nya melalui tes urin di rumah, sehingga ia bisa mengetahui apakah kadarnya tetap meningkat atau justru malah berkurang. Karenanya seseorang tetap harus menghindari segala hal yang dapat membahayakan kehamilannya hingga tes kedua selesai.

"Perempuan perlu tahu bahwa meraka dapat mengajukan pertanyaan apapun pada dokternya dan juga memiliki hak untuk mencari pendapat kedua (second opinion) mengenai kondisinya," ungkap Cilenti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar