Rabu, 25 Agustus 2010

Puasa Ramadhan di Masa Hamil dan Menyusui

Terkait kesehatan, ada beberapa pertimbangan mengenai boleh atau tidaknya seorang wanita yang sedang hamil berpuasa di bulan Ramadhan. Pertama adalah dampak puasa pada tubuh ibu dan janin. Kajian-kajian ilmiah telah membuktikan bahwa puasa selama bulan Ramadhan tiak menyebabkan malnutrisi atau gangguan asupan kalori selama tidak ada pembatasan jumlah dan jenis-jenis makanan yang diperlukan pada saat sahur maupun berbuka puasa.

Hal lain yang perlu diperhatikan, hendaknya berpuasa dilakukan dengan rasa ikhlas, karena ternyata berpengaruh pada hipotalamus manusia. SEbagai perbandingan, pada orang yang melakukan diet ketat untuk mengurangi berat badan, pusat lipostat di hipotalamus akan mengompensasi keadaan ini dengan menambah kembali berat badan pada saat program diet dihentikan. Berbeda dengan penurunan berat badan yang dilakukan secara bertahap dengan cara mengubah kebiasaan atau perilaku makan seperti pada bulan Ramadhan.

Kehamilan sendiri bukanlah kelainan atau penyakit. Kehamilan merupakan kondisi normal dan alamiah yang dapat dialami oleh sebagian besar wanita. Jadi, apabila tidak ada masalah kesehatan pada ibu maupun janin, ibadah puasa tidak menjadi kendala.

Dengan pertimbangan segala kondisi, ibu dengan usia kehamilan trimester (tiga bulan) pertama, boleh tidak menjalankan ibadah puasa. Karena pada trimester pertama adalah periode organogenesis (pembentukan bagian-bagian organ janin, termasuk otak). Selain itu, biasanya pada trimester pertama sering terjadi gangguan mual dan muntah sehingga asupan cairan dan kalori terganggu.

Bila usia kehamilan mencapai trimester kedua dan ketiga (bulan keempat hingga kesembilan), ibu hamil dapat berpuasa dengan catatan ia dan janin dalam kondisi baik. Seyogyanya puasa dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter atau dokter ahli kebidanan dan kandungan yang menangani dan melakukan pengawasan.

Bila tidak ditemukan faktor-faktor penyulit kehamilan, ibu hamil boleh berpuasa. Beberapa kondisi penyulit yang mesti diwaspadai antara lain:
1. Perdarahan
Pada Ibu yang pernah mengalami perdarahan semasa kehamilan, memaksakan diri berpuasa dapat menyebabkan perdarahan bertambah parah. Bila tetap berpuasa, dikhawatirkan ibu tidak bisa mengonsumsi obat yang diresepkan.

2. Diabetes Mellitus (DM)
Ibu hamil yang menderita DM disarankan tidak berpuasa. Karena selain harus menjalani terapi obat secara teratur, ibu hamil juga harus mematuhi program makan yang telah dibuatkan supaya kadar gula dalam darah tetap terkontrol (bisa tetap stabil).

3. Hipertensi
Mirip dengan DM, terapi obat tidak boleh terlewatkan pada kasus hipertensi. Bila terlewat, besar kemungkinan tekanan darah menjadi tidak terkontrol, bisa naik atau turun. Padahal, tekanan darah yang naik turun harus dihindari selama hamil karena bisa menyebabkan kematian pada ibu maupun janin.

4. Anoreksia dan bulimia
Efek yang bisa terjadi adalah kekurangan cairan tubuh. Padahal cairan tubuh amat penting bagi ibu hamil, terutama bagi bayi yang sedang dikandung.

5. Gangguan sistem pencernaan
Ibu hamil yang memaksakan diri berpuasa berarti memperbesar peluang penyakitnya kambuh karena lambung yang kosong akan mempertinggi peluang terjadinya peningkatan asam lambung.

6. Dehidrasi
Penyebabnya bisa bermacam-macam.

Selain faktor penyulit di atas, ada sejumlah tanda tak lazim yang juga harus dicermati bila ibu hamil menjalankan ibadah puasa. Meski tidak memiliki faktor penyulit di atas, bila muncul tanda-tanda di bawah ini, ibu disarankan segera mengakhiri puasanya:
1. Muntah
Bila keluhannya tidak hebat dan frekuensi muntah tidak sering, misal hanya 1-2 kali dalam sehari, atau tenggang waktunya sekitar 6 jam sekali, ibu hamil boleh melanjutkan puasa bila masih kuat. Namun harus cukup istirahat dan mengurangi segala aktivitas. Jika keluhan lebih dari itu, disarankan berbuka agar terhindar dari dehidrasi yang bisa berakibat fatal bagi ibu dan janin. Selain itu, bila tetap berpuasa, dikhawatirkan tubuh akan mengambil energi dari cadangan lemak tubuh akibat asupan makanan yang kurang. Hal ini dapat menyebabkan darah ibu bersifat asam dan kadar keton dalam darah pun naik. Kalau sudah begini, organ-organ tubuh seperti ginjal dapat mengalami kerusakan dan janin kekurangan nutrisi penting.

2. Diare
Bila hal ini terjadi, apalagi bila disertai perasaan mulas/melilit, sebaiknya segera berbuka walaupun mungkin kejadiannya baru sekali. Segera ke dokter agar bisa cepat tertangani dan kemungkinan terjadinya dehidrasi bisa diantisipasi.

3. Mimisan
Pecahnya pembuluh darah dapat merupakan pertandan bawa tekanan otak meningkat karena kondisi tubuh kurang stabil.

4. Lemas
Dapat disebabkan oleh hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah). Bila puasa dipertahankan, dikhawatirkan janin kekurangan zat-zat makanan yang memperngaruhi pertumbuhannya.

5. Pusing
Bila masih tahap ringan, tanpa obat bisa sembuh sendiri dengan memperbanyak istirahat dan mengurangi aktivitas sehingga ibu tetap bisa berpuasa. Namun bila disertai mual dan/atau muntah, dan harus dibantu obat karena pusing tidak tertahankan lagi, disarankan segera berbuka denagn air hangat yang manis kemudian makan nasi secukupnya sebelum minum obat.

6. Keringat berlebih
Wajar bila ibu hamil banyak berkeringat. Namun bila berlebihan, terutama bila yang muncul adalah keringat dingin, sebaiknya menyegerakan berbuka karena itu pertandan fisik ibu sudah tidak kuat lagi untuk berpuasa.

7. Mata berkunang-kunang
Besar kemungkinan ibu mangalami hipoglikemia (kadar gula dalam darah terlalu rendah). Bila mengalaminya, disarankan ibu segera berbuka, meneguk minuman hangat manis, makan, dan istirahat.

8. Kram dan kesemutan
Sebenarnya bila mengalami hal ini ibu hamil tetap boleh berpuasa karena kram dan kesemutan umum terjadi pada ibu hamil. Tetapi bila keluhan muncul akibat ketidakseimbangan elektrolit, apalgi disertai pembengkakan dan ibu sangat lemah, disarankan berbuka.

Tips berpuasa untuk ibu hamil

1. Selama berpuasa, asupan gizi dan kalori tetap dibuat sama dengan saat tidak berpuasa, yaitu gizi seimbang dengan komposisi 50% karbohidrat, 30% proterin, dan 10-20% lemak. Hanya waktunya saja yang dipindahkan; semua asupan dipenuhi saat sahur, berbuka puasa, dan waktu antara berbuka-sahur.

2. Menghindari terlalu banyak lemak, gula, garam, dan kafein.
3. Upayakan mengonsumsi makanan segar.
4. Mengurangi makanan yang digoreng/dibakar dengan banyak lemak.
5. makan sayur dan buah sebanyak mungkin.
6. Makanan pembuka yang manis masih boleh dikonsumsi asal tidak berlebihan.
7. Memenuhi kebutuhan cairan 1,5-2 liter sehari.
8. Direkomendasikan pemberian asam folat dan bila perlu suplemen zat besi.

Contoh pengaturan menu untuk ibu hamil yang berpuasa

Saat berbuka, dianjurkan untuk memulai dengan makanan dan minuman yang ringan seperti buah segar, jus buah segar, bubur dengan susu skim, disusul dengan makanan lengkap yang rendah lemak (nasi lengkap dengan sayur dan daging/ikan/telur yang direbus/dipepes/dibakar). Buah kering seperti kurma, kismis, atau lainnya dapat ditambahkan sebagai pemanis, penambah rasa dan sumber zat besi.

Sekitar 2-3 jam berikutnya, ibu hamil dapat mengonsumsi cemilan sehat berupa roti diisi telur, tomat, dan selada. Menu ini bisa diganti tuna dengan salad. Atau roti diisi keju rendah lemak. Atau Daging ayam panggang dan sayuran segar lainnya. Pilihan lainnya adalah kentang bakar (jacket potatoe) lengkap dengan keju, bean, atau lauk hewani lainnya. Dapat pula mengonsumsi pasta atau mie yang dilengkapi dengan sayur dan lauk pauk. Kemudian ditutup dengan buah-buahan.

Selama menunggu sahur, diupayakan banyak minum demi memenuhi kebutuhan 2 liter perhari.

Makan sahur berupa makanan lengkap yakni karbohidrat (nasi, pasta, roti, atau kentang) lengkap dengan lauk pauk rendah lemak, sayur dan buah segar.

Disadur dari salah satu artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar