Terkait kesehatan, ada beberapa pertimbangan mengenai boleh atau  tidaknya seorang wanita yang sedang hamil berpuasa di bulan Ramadhan.  Pertama adalah dampak puasa pada tubuh ibu dan janin. Kajian-kajian  ilmiah telah membuktikan bahwa puasa selama bulan Ramadhan tiak  menyebabkan malnutrisi atau gangguan asupan kalori selama tidak ada  pembatasan jumlah dan jenis-jenis makanan yang diperlukan pada saat  sahur maupun berbuka puasa.
Hal lain yang perlu diperhatikan,  hendaknya berpuasa dilakukan dengan rasa ikhlas, karena ternyata  berpengaruh pada hipotalamus manusia. SEbagai perbandingan, pada orang  yang melakukan diet ketat untuk mengurangi berat badan, pusat lipostat  di hipotalamus akan mengompensasi keadaan ini dengan menambah kembali  berat badan pada saat program diet dihentikan. Berbeda dengan penurunan  berat badan yang dilakukan secara bertahap dengan cara mengubah  kebiasaan atau perilaku makan seperti pada bulan Ramadhan.
Kehamilan  sendiri bukanlah kelainan atau penyakit. Kehamilan merupakan kondisi  normal dan alamiah yang dapat dialami oleh sebagian besar wanita. Jadi,  apabila tidak ada masalah kesehatan pada ibu maupun janin, ibadah puasa  tidak menjadi kendala.
Dengan pertimbangan segala kondisi, ibu  dengan usia kehamilan trimester (tiga bulan) pertama, boleh tidak  menjalankan ibadah puasa. Karena pada trimester pertama adalah periode  organogenesis (pembentukan bagian-bagian organ janin, termasuk otak).  Selain itu, biasanya pada trimester pertama sering terjadi gangguan mual  dan muntah sehingga asupan cairan dan kalori terganggu.
Bila  usia kehamilan mencapai trimester kedua dan ketiga (bulan keempat hingga  kesembilan), ibu hamil dapat berpuasa dengan catatan ia dan janin dalam  kondisi baik. Seyogyanya puasa dilakukan setelah berkonsultasi dengan  dokter atau dokter ahli kebidanan dan kandungan yang menangani dan  melakukan pengawasan.
Bila tidak ditemukan faktor-faktor penyulit  kehamilan, ibu hamil boleh berpuasa. Beberapa kondisi penyulit yang  mesti diwaspadai antara lain:
1. Perdarahan
Pada Ibu yang pernah  mengalami perdarahan semasa kehamilan, memaksakan diri berpuasa dapat  menyebabkan perdarahan bertambah parah. Bila tetap berpuasa,  dikhawatirkan ibu tidak bisa mengonsumsi obat yang diresepkan.
2. Diabetes Mellitus (DM)
Ibu  hamil yang menderita DM disarankan tidak berpuasa. Karena selain harus  menjalani terapi obat secara teratur, ibu hamil juga harus mematuhi  program makan yang telah dibuatkan supaya kadar gula dalam darah tetap  terkontrol (bisa tetap stabil).
3. Hipertensi
Mirip dengan DM,  terapi obat tidak boleh terlewatkan pada kasus hipertensi. Bila  terlewat, besar kemungkinan tekanan darah menjadi tidak terkontrol, bisa  naik atau turun. Padahal, tekanan darah yang naik turun harus dihindari  selama hamil karena bisa menyebabkan kematian pada ibu maupun janin.
4. Anoreksia dan bulimia
Efek  yang bisa terjadi adalah kekurangan cairan tubuh. Padahal cairan tubuh  amat penting bagi ibu hamil, terutama bagi bayi yang sedang dikandung.
5. Gangguan sistem pencernaan
Ibu  hamil yang memaksakan diri berpuasa berarti memperbesar peluang  penyakitnya kambuh karena lambung yang kosong akan mempertinggi peluang  terjadinya peningkatan asam lambung.
6. Dehidrasi
Penyebabnya bisa bermacam-macam. 
Selain  faktor penyulit di atas, ada sejumlah tanda tak lazim yang juga harus  dicermati bila ibu hamil menjalankan ibadah puasa. Meski tidak memiliki  faktor penyulit di atas, bila muncul tanda-tanda di bawah ini, ibu  disarankan segera mengakhiri puasanya:
1. Muntah
Bila keluhannya  tidak hebat dan frekuensi muntah tidak sering, misal hanya 1-2 kali  dalam sehari, atau tenggang waktunya sekitar 6 jam sekali, ibu hamil  boleh melanjutkan puasa bila masih kuat. Namun harus cukup istirahat dan  mengurangi segala aktivitas. Jika keluhan lebih dari itu, disarankan  berbuka agar terhindar dari dehidrasi yang bisa berakibat fatal bagi ibu  dan janin. Selain itu, bila tetap berpuasa, dikhawatirkan tubuh akan  mengambil energi dari cadangan lemak tubuh akibat asupan makanan yang  kurang. Hal ini dapat menyebabkan darah ibu bersifat asam dan kadar  keton dalam darah pun naik. Kalau sudah begini, organ-organ tubuh  seperti ginjal dapat mengalami kerusakan dan janin kekurangan nutrisi  penting.
2. Diare
Bila hal ini terjadi, apalagi bila disertai  perasaan mulas/melilit, sebaiknya segera berbuka walaupun mungkin  kejadiannya baru sekali. Segera ke dokter agar bisa cepat tertangani dan  kemungkinan terjadinya dehidrasi bisa diantisipasi.
3. Mimisan
Pecahnya pembuluh darah dapat merupakan pertandan bawa tekanan otak meningkat karena kondisi tubuh kurang stabil.
4. Lemas
Dapat  disebabkan oleh hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah).  Bila puasa dipertahankan, dikhawatirkan janin kekurangan zat-zat makanan  yang memperngaruhi pertumbuhannya.
5. Pusing
Bila masih tahap  ringan, tanpa obat bisa sembuh sendiri dengan memperbanyak istirahat  dan mengurangi aktivitas sehingga ibu tetap bisa berpuasa. Namun bila  disertai mual dan/atau muntah, dan harus dibantu obat karena pusing  tidak tertahankan lagi, disarankan segera berbuka denagn air hangat yang  manis kemudian makan nasi secukupnya sebelum minum obat.
6. Keringat berlebih
Wajar  bila ibu hamil banyak berkeringat. Namun bila berlebihan, terutama bila  yang muncul adalah keringat dingin, sebaiknya menyegerakan berbuka  karena itu pertandan fisik ibu sudah tidak kuat lagi untuk berpuasa.
7. Mata berkunang-kunang
Besar  kemungkinan ibu mangalami hipoglikemia (kadar gula dalam darah terlalu  rendah). Bila mengalaminya, disarankan ibu segera berbuka, meneguk  minuman hangat manis, makan, dan istirahat.
8. Kram dan kesemutan
Sebenarnya  bila mengalami hal ini ibu hamil tetap boleh berpuasa karena kram dan  kesemutan umum terjadi pada ibu hamil. Tetapi bila keluhan muncul akibat  ketidakseimbangan elektrolit, apalgi disertai pembengkakan dan ibu  sangat lemah, disarankan berbuka.
Tips berpuasa untuk ibu hamil
1.  Selama berpuasa, asupan gizi dan kalori tetap dibuat sama dengan saat  tidak berpuasa, yaitu gizi seimbang dengan komposisi 50% karbohidrat,  30% proterin, dan 10-20% lemak. Hanya waktunya saja yang dipindahkan;  semua asupan dipenuhi saat sahur, berbuka puasa, dan waktu antara  berbuka-sahur.
2. Menghindari terlalu banyak lemak, gula, garam, dan kafein.
3. Upayakan mengonsumsi makanan segar.
4. Mengurangi makanan yang digoreng/dibakar dengan banyak lemak.
5. makan sayur dan buah sebanyak mungkin.
6. Makanan pembuka yang manis masih boleh dikonsumsi asal tidak berlebihan.
7. Memenuhi kebutuhan cairan 1,5-2 liter sehari.
8. Direkomendasikan pemberian asam folat dan bila perlu suplemen zat besi.
Contoh pengaturan menu untuk ibu hamil yang berpuasa
Saat  berbuka, dianjurkan untuk memulai dengan makanan dan minuman yang  ringan seperti buah segar, jus buah segar, bubur dengan susu skim,  disusul dengan makanan lengkap yang rendah lemak (nasi lengkap dengan  sayur dan daging/ikan/telur yang direbus/dipepes/dibakar). Buah kering  seperti kurma, kismis, atau lainnya dapat ditambahkan sebagai pemanis,  penambah rasa dan sumber zat besi.
Sekitar 2-3 jam berikutnya,  ibu hamil dapat mengonsumsi cemilan sehat berupa roti diisi telur,  tomat, dan selada. Menu ini bisa diganti tuna dengan salad. Atau roti  diisi keju rendah lemak. Atau Daging ayam panggang dan sayuran segar  lainnya. Pilihan lainnya adalah kentang bakar (jacket potatoe) lengkap  dengan keju, bean, atau lauk hewani lainnya. Dapat pula mengonsumsi  pasta atau mie yang dilengkapi dengan sayur dan lauk pauk. Kemudian  ditutup dengan buah-buahan. 
Selama menunggu sahur, diupayakan banyak minum demi memenuhi kebutuhan 2 liter perhari.
Makan  sahur berupa makanan lengkap yakni karbohidrat (nasi, pasta, roti, atau  kentang) lengkap dengan lauk pauk rendah lemak, sayur dan buah segar.
Disadur dari salah satu artikel