Kelahiran anak pertama bisa jadi tantangan terbesar pasangan menikah.
Apalagi menurut riset dari psikolog Springboard John Gottman yang
merupakan pendiri Relationship Research Institute di Seattle, Amerika
Serikat, hampir 70% pasangan merasakan penurunan pada kepuasaan
pernikahan di tahun pertama kelahiran bayi.
"Cukup banyak
pasangan tidak menyadari betapa mengejutkannya masa transisi ini sampai
mereka memasukinya selama beberapa bulan," ujar Psikolog Alyson Saphiro,
peneliti pendamping di Gottman.
"(Di masa itu) sangat mudah segala sesuatunya menjadi panas dan negatif," tambahnya.
Kurang
tidur, jarang bercinta dan pertengkaran akibat merasakan peran baru
adalah beberapa hal yang menyebabkan orangtua baru stres. Namun para
ahli percaya, semua masalah itu bisa diatas. Kuncinya adalah komunikasi.
"Tujuan
utama dari semua ini adalah membangun hubungan yang kuat dan
berkomitmen sehingga bisa melalui masa transisi menjadi orangtua. Jadi
ketimbang saling menyalahkan, pasangan seharusnya mengatakan, 'kita bisa
melalui ini bersama'," saran Saphrio.
Sebagai pedoman untuk
mengatasi berbagai masalah saat menjadi orangtua baru, berikut ini empat
hal yang paling sering menyebabkan konflik dan cara mengatasinya,
seperti dikutip dari Today's Parent:
1. Tidak Ada Waktu untuk Berduaan
Menjaga
keintiman dan kemesraan memang agak sulit saat para orangtua baru
sedang fokus pada bayi mereka. Para ibu yang baru melahirkan lah yang
biasanya merasa mereka diabaikan oleh suami. Ditambah dengan perasaan
baby blues, ibu kerap merasa kesepian dan sedih.
Direktur program
Bringing Baby Home asal Seattle, Carolyn Pirak mengatakan, kunci untuk
menciptakan pernikahan yang bahagia setelah kelahiran bayi adalah
menemukan cara agar Anda dan suami tetap bisa punya waktu berduaan.
Untuk mewujudkan hal itu, Anda dan pasangan harus sadar apa yang terjadi
pada kehidupan masing-masing setelah kelahiran si buah hati.
Penelitian
menunjukkan pasangan yang bisa menjaga keintiman dan keakraban satu
sama lain tetap merasa puas pada pernikahannya. Untuk menjaga kedua hal
itu, Anda dan suami harus tetap saling rajin berkomunikasi mengenai
aktivitas keseharian atau berbagi cerita soal apapun, bukan hanya soal
si kecil.
Ann Douglas, penulis dari 19 buku parenting menyarankan
orangtua baru harus berusaha meluangkan waktu selama beberapa menit
dalam sehari untuk saling mengobrol. Kalau obrolan itu tidak bisa
dilakukan dengan bertatap muka, Anda dan pasangan dapat saling berbai
cerita via email atau BBM.
2. Kurang Tidur
Kurang
tidur merupakan masalah yang dialami banyak orangtua baru. Gara-gara
waktu tidur yang kurang, pasangan pun bisa jadi mudah emosi dan stres.
Ayah dan ibu yang kelelahan membuat mereka sensitif satu sama lain.
Untuk
mengatasi masalah itu, Springboard menganjurkan Anda dan suami
bergantian tidur. Misalnya kalau suami kerja sehingga sulit begadang,
dia bisa mendapatkan gilirannya saat weekend. Di akhir pekan, Anda bisa
mengisi lagi energi dengan tidur yang cukup. Alternatif lainnya, jika
memang Anda dan suami tidak bisa bergantian adalah dengan minta bantuan
pihak ketiga, saudara atau teman dekat.
Bagi ibu yang menyusui,
tentu solusi bergantian ini sulit diberlakukan. Tapi ibu bisa tetap
memiliki waktu istirahat, di sela-sela waktu menyusui bayi. Prinsip ibu
baru adalah sebisa mungkin Anda juga harus tidur saat bayi tertidur.
Anda
juga bisa mencuri-curi waktu tidur di pagi hari, sebelum suami
berangkat ke kantor. Minta pasangan mengurus si kecil, sementara Anda
tidur sejenak.
3. Hilang Gairah Seks
Seorang
ibu sudah pasti akan kehilangan gairah seksnya saat mendengar suara
bayinya menangis. Kegiatan rutin mengganti popok, menyusui dan
menggendong bayi, juga bisa membuat ibu lelah sehingga gairah pun
menurun. Para suami yang bergantian menjaga bayi, juga mengalami hal
serupa. Kelelahan lah yang akhirnya membunuh gairah seks para orangtua
baru.
Menurut Pirak, pasangan yang baru saja menjadi orangtua
harus tetap berusaha menjaga keintiman mereka. Temukanlah cara bagaimana
menjaga keintiman itu bukan hanya di tempat tidur. Luangkan waktu,
walaupun hanya sejenak untuk berpelukan atau bersentuhan dengan mesra.
Menerima keadaan dan mengkomunikasikan perasaan soal hilangnya keintiman
itu juga bisa membuat Anda dan pasangan percaya kondisi tersebut akan
segera kembali normal.
4. Kesibukan yang Tiada Akhir
Ketika
bayi baru lahir, orangtua baru yang tidak menggunakan bantuan pengasuh,
punya banyak sekali tugas yang menanti. "Ada banyak sekali hal yang
harus dikerjakan dan tidak satu orang pun yang merasa bisa mengerjakan
semuanya," jelas Pirak.
Ketidakadilan pembagian tugas dalam hal
mengurus si kecil dan rumah, bisa menyebabkan kepuasaan pasangan pada
pernikahan menurun. Hal yang mengalami itu terutama adalah wanita dengan
suami yang tidak mau berbagi tugas.
Pasangan yang sukses
melakukan pembagian tugas saat bayi baru lahir biasanya akan lebih
bahagia setelah masa-masa sulit itu berlalu. Mereka jadi bisa belajar
bagaimana menangani konflik secara efektif.
"Pasangan harus
belajar bagaimana mengeluh tapi tidak saling menyalahkan dan tidak
membiarkan suatu pertengkaran jadi memanas," tutur Saphiro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar