Acara memberi makan bayi jadi mengesalkan karena belakangan
ini Si Kecil malas-malasan menelan setiap
suapan. Kalau tidak disembur, ya diemut. Mengatasinya?
Menjelang genap satu tahun, Bobby punya "hobi"
baru. Si Gembul yang tadinya doyan makan dan mudah sekali disuapi, kini sering
memuntahkan setiap suapan dengan jalan
menyemburkan makanan dari dalam mulutnya. Ini hampir tiap hari terjadi, padahal
ibunya sudah berusaha membangkitkan selera makan bayinya dengan sajian bervariasi, lho.
"Lho, Bening anakku juga gitu. Cuma makanannya bukan disembur,
tapi diemut. Jadi tetap saja makannya susah, dua jam baru habis
semangkuk," keluh ibu muda lainnya, juga baru punya satu anak bayi.
Bagi ibu yang biasanya tidak punya masalah dalam memberi
makan bayinya, saat anak punya kebiasaan baru, menyemburkan atau mengemut
makanan, tentu membuat ibu cemas. Biasanya kehawatiran yang muncul adalah ketakutan
nutrisi bayi tidak tercukupi. Habis, makanan susah masuknya...
Mekanisme Diet
Menurut Dr. Sri Enggar Sp. A (K) Spesialis Penyakit dan Konsultan Masalah Anak, sesungguhnya ibu
tidak
perlu terlalu khawatir menghadapi perilaku bayi seperti
Bobby atau Bening. Katanya, hampir setiap bayi mengalami fase "sembur dan
emut" seperti itu, kok.
Perilaku bayi memuntahkan atau menyemburkan makanan bukan
karena bayi kehilangan selera makan. Yang lebih mungkin terjadi adalah bayi
sedang menempatkan diri dalam diet pemeliharaan tubuh. "Karena, jika bayi makan
seperti yang ia lakukan di usia kurang dari satu tahun pertama hidupnya, ia
akan mengalami kenaikan berat badan dengan kecepatan sama. Jika ini terjadi, tidak
lama lagi bayi Anda akan lebih mirip bola ketimbang bayi," ungkap Enggar, seraya
tersenyum.
Sebagian besar bayi mengalami kenaikan Berat Badan (BB) tiga
kali BB lahir ketika ia berusia satu tahun. Misal, jika saat lahir bayi ber-BB
empat kilogram, maka di akhir usia setahun BB-nya mencapai duabelas kilogram (3
X 4 kilogram). Pada tahun kedua bayi hanya menambahkan kira-kira seperempat
dari berat lahirnya. Jadi, bayi yang lahir dengan BB empat kilo, pada tahun
kedua hanya akan menambah BB-nya 1
kilogram (1/4 X 4 kilogram). Tak heran bila pertumbuhan BB bayi pada tahun kedua lambat. "Jadi menurunnya selera
makan bayi saat ini adalah cara tubuh bayi menjamin adanya penurunan kenaikan
berat badan," ujar Enggar.
Nah, setiap bayi memiliki perilaku berbeda-beda dalam fase ini.
Ada bayi yang sama sekali tak mau membuka mulutnya saat disuapi. Ada yang mau
memasukan makanan ke dalam mulut tetapi memuntahkan/menyemburkanya kemudian -
sebetulnya tidak semua makanan dimuntahkan, karena pasti ada yang masuk. Ada
juga bayi yang berusaha mengurangi jatah makannya dengan mengemut makanan
lama-lama di mulut, sampai ibu atau pengasuh bosan, sehingga bayi tidak perlu
menghabiskan seluruh isi piring, sebab "menyerah" pada suapan kelima
atau tujuh - "Yang penting sudah banyak yang masuk," alasan ibu.
"Semua harus dihadapi orangtua dengan sabar, dan tidak perlu negative thinking atau sampai mencekoki
bayi makanan segala, karena kalau itu yang terjadi malah tidak sehat karena
dapat membuat bayi trauma," saran Enggar.
Selain faktor mekanisme diet, ada juga faktor lain yang
dapat memicu perilaku bayi tersebut. Salah
satunya adalah bertambahnya minat bayi terhadap dunia di
sekitarnya. Saat ini jadwal makan justru terasa
"sangat mengganggu" bayi, lantaran ia sebenarnya
ingin terus bergerak, bukannya duduk manis untuk makan. Ada begitu banyak hal yang dapat dilakukan dan
dapat dilihat, sehingga jadwal makan hanyalah menyita waktu.
"Selain itu, di usia bayi menuju batita kemandirian bayi
mulai tumbuh. Ini mempengaruhi reaksinya pada
makanan yang disantapnya. Bayi yang sedang dalam proses berkembang menjadi batita memutuskan
dialah
yang menjadi tuan di meja makan, bukan orangtua atau pengasuhnya. Karena itu bayi mulai memilih
makanan yang ingin dikonsumsi," tutur Enggar.
Dokter yang pratik di RSCM Jakarta ini melanjutkan, bisa
saja kemarin bayi semangat manyantap bubur beras merah, tapi hari ini menolak
mati-matian memakannya. Dalam keadaan ini sebaiknya orangtua mengikuti kemauan bayi
dulu. Pastikan saja bayi mendapat makanan pengganti, misal, snacking bergizi
dan susu. Toh, kebiasaan ini akan berlalu juga.
Atau Memang Ada Masalah?
Jika orangtua meragukan penolakan bayi terhadap makanan karena sebab psikologis di atas,
Enggar tidak menyalahkan, memang ada
juga kemungkinan bayi mengalami masalah atau gangguan fisik yang mempengaruhi minat makan. "Yang paling
sering terjadi adalah karena tumbuh gigi, " kata Enggar, terutama saat gigi geraham bayi tumbuh menembus gusi.
Jika ini penyebabnya, kebiasaan bayi memuntahkan atau menyembur makanan akan disertai mood mudah
marah, suka menggigit jari, mulut mengeluarkan ludah berlebihan, kadang
disertai demam. "Pertumbuhan ini memang membuat rasa tidak enak pada bayi
sehingga ia menolak makan.
Sebaiknya periksakan kondisi ini pada dokter saat imunisasi bayi," saran Enggar.
Bayi yang sedang tidak enak badan seperti batuk-pilek juga bisanya melakukan aksi serupa. Sedang
bila Anda mengkhawatirkan sebab lain
yang lebih serius, misal, bayi mengalami problem susah menelan, sebaiknya mintalah
pemeriksaan pada dokter, meski Enggar menyatakan hal ini kecil kemungkinannya,
terutama jika dulunya bayi tidak pernah berulah demikian. "Satu hal yang
saya tekankan, orangtua jangan menjadi emosi mengahadapi ulah bayi ini. Bila
Anda tetap ingin ada makanan yang masuk
ke mulut bayi lakukan trik-triknya. Jangan melakukan pemaksaan karena hanya
akan menimbulkan problem makan yang kronis."
Trik Tangkal Sembur
Ganti makanannya
Beberapa makanan tampak dramatis saat disemburkan dari mulut bayi, misal, bubur, sereal, yoghurt.
Tapi coba ganti dengan makanan berbentuk irisan kasar khusus untuk tumbuh gigi,
seperti irisan wortel, pisang, ubi rebus, atau roti. Efek "seru" saat
makanan disemburkan yang hilang, akan mengurangi setengah motivasi anak menyemburkan makanan.
Beri kesempatan anak
makan sendiri
Dengan makan sendiri anak akan terlalu sibuk untuk menyembur
dan mengemut karena tugas barunya makan sendiri sangat menarik hatinya.
Biarkan Sendirian
Jika tidak ada "penonton" anak tidak akan
mendapatkan kepuasan dari "pertunjukannya", dan akan merasa enggan meakukannya.
Letakkan makanan di hadapannya, dan sibukkan diri Anda. Jika Anda mendengar
suara semburannya, jangan menoleh.
Hentikan Acara Makan
Dengan wajah dingin, beri anak peringatan tegas, "Jangan
menyemburkan makanan". Jika ia mengulang perbuatannya, ulangi peringatan. Jika ia
mengulang lagi hingga tiga kali, segera singkirkan makanan. Anak
akan segera mengetahui maksud Anda.
Sumber: Tabloid Ibu & Anak
Hahahahah.. Berdasarkan cerita si emak, dulu aku juga pernah begini waktu masih kecil. Yaa namanya juga anak kecil :D
BalasHapus