Masih teringat jelas sekitar 2 bulan yang lalu saat aku tahu hamil lagi anak kedua. Sebenarnya kehamilan kedua ini antara ditunggu dan tidak, karena sewaktu melahirkan anak pertama dokter menyarankan tidak KB dan segera hamil lagi untuk mengejar ketertinggalan umur yang sudah menjelang 40. Alasan dokter, kehamilan di usia 40 itu sangat rawan dan banyak sekali komplikasinya.
Ya sudah kami menuruti saja instruksi dokter, tidak berKB. Usia anak pertama 7,5 bulan tepat setelah ASI benar-benar berhenti kehamilan kedua itu terjadi. Tidak diduga, karena bulan-bulan sebelumnya kami sempat berharap banyak tapi setiap test negatif akhirnya kami pasrah saja. Eh di saat sudah pasrah, tidak lagi menyimpan cadangan testpack, tidak lagi terlalu memikirkan untuk segera hamil lagi...justru aku hamil. Tidak ada rasa apa-apa..baru sadar setelah tanggal mens terlewat koq tamu belum datang juga. Tunggu beberapa hari masih belum datang juga, setelah di test...deg-degan juga lohh sampe gemeter tangan memegang hasil testpack...di sana muncul dua strip merah. Seketika itu juga pikiran berkecamuk antara senang, terkejut, takut, dsb. Lucunya saat cerita ke suami bahwa aku sudah telat dia hanya tertawa dikiranya aku bercanda. Katanya 'loh yang biasa mens kan kamu koq tanya aku sih, dicek lagi tanggalnya bener ngga' Sesampainya di rumah, tiba-tiba semalaman suami ketawa geliiii sendiri...melihatnya aku juga jadi ketawa geli...ya sudah malam itu jadi deh ketawa semalaman tanpa sebab.
Seminggu kemudian kami memutuskan ke dokter untuk periksa. Dokternya rupanya masih ingat kami 'wahhh Bu..Pak..apa khabar? akhirnya ya hamil lagi' kami cuma mesem-mesem saja.
Dokter : ayo kita periksa dulu, ada keluhan ngga nihh
Kami : cuma batuk-batuk aja nih dok ngga hilang-hilang, mau minum obat takut...ini juga taunya pas udah telat. Bahaya ngga dok? jahitannya udah bagus?
Dokter : wah kalo jahitan 3 bulan lahiran juga udah ok banget, tenang aja itu ngga bakalan jadi masalah. Lagipula klo ditunda-tunda kapan lagi? tahun depan Ibu udah 40th lohh..mendingan sekarang aja. Oke saya kasih obat batuk transpulmin aja ya, itu aman untuk Ibu hamil.
Kami : ooo...hehehe...cuma kuatir aja dok. Jadi semua seperti biasa ya, sama seperti yang dulu
Dokter : Iya...dijaga aja ya, jangan cape-cape. Kita ketemu sebulan lagi
Di perjalanan lagi-lagi kami tersenyum dengan pikiran masing-masing. Ngga nyangka saja, sebentar lagi jagoanku mau punya adik. Terbayang juga kesibukan pagi dan malam hari yang akan bertambah..waduhh mudah-mudahan badan sehat deh. Kebayang juga gimana reaksi orang-orang kantor, pasti banyak yang kaget karena jarak kehamilanku sangat dekat dengan anak pertama. Ahh, biar saja deh mereka mau bilang apa...toh ini juga atas saran dokter, dan kami sudah menyetujuinya. Lagipula ini salah satu risiko telat menikah...pilihannya punya anak satu atau klo lebih ya siap-siap jarak kehamilannya dekat, ngga mungkinlah untuk ngatur jarak kehamilan seperti mereka yang menikah muda. Kita yang telat menikah bener-bener dikejar umur untuk hamil, ngga bisa santai santai...Alhamdulillah dikasih anak pertama cepet. Dan yang jelas, kami ngga mau cuma punya anak satu...hehehe
Selanjutnya : kasih khabar ke keluarga terdekat. Semua gembira mendengarnya dan siap sedia membantu mengurus jagoanku mengingat umur hamil muda memang ada keterbatasan fisik...untuk mencuci baju, gendong & temenin maen, siapin makanannya...blum diajak begadang malem-malem sementara paginya mesti kerja...wuaduhhhh itu perjuangan banget lohhh
Berikutnya kasih khabar ke orang kantor. In dia yang agak sulit. Gimana caranya yaaa...ya sudah lah info aja satu persatu yang memungkinkan dulu. Beberapa tanggapannya positif Alhamdulillah..ada yang bilang wahh nanti jadi kaya anak kembar deh tuh...waduh mbak
sekalian capenya ya...jadi kaya ortu jaman dulu ya punya anak juga
mepet-mepet ngga masalah yaa....Sementara beberapa rekan seperti yang
sudah diduga sebelumnya, berkomentar negatif...'wah elo serius hamil
lagi?emangnya ngga KB? ....kebobolan ya....Emang udah dipikirin
bener-bener, cape loh ngurus anak apalagi 2 jarak deket....Emang udah boleh hamil lagi, kan yang
pertama cesar....Emang rencananya ga mau punya anak satu ya? Udah dipikirin matang-matang semuanya?'....Ini dia nih tanggapan seperti ini sudah diduga tapi mendengarnya langsung lumayan juga agak menohok ya...hehehe...dalam hati komentar aku cuma 'aduhhh ngga bisa ya kasih komentar positif yang bikin bahagia, gw kan lagi bahagia nihhh' mesti pelan-pelan & sabar ngejelasinnya.... hehehehe
Yahhh memang sih, ngga banyak orang yang tau risiko-risiko kehamilan sesuai umur. Apalagi di lingkungan wanita karir yang menganggap umur ngga ada batasannya...dalam arti bisa memutuskan menikah kapan saja, punya anak kapan saja...Atau jika sudah memasuki umur berisiko lebih banyak wanita karir memilih punya 1 anak saja cukup, karena bagi mereka ngga mungkin lagi untuk nambah anak karena kepentok umur. Untuk punya anak mepet mereka juga ngga berani ambil risiko. Tapi toh itu semua kembali ke keputusan masing2 pihak yang menjalaninya.,,mau punya anak 1 atau lebih pilihan masing2 ortu. Ngga berarti telat nikah ya sudah cukup 1 anak saja, ngga boleh lebih & ngga mungkin lebih. Sementara menikah muda kesempatan punya anak banyak terbuka lebar, ngga apa-apa punya anak lebih dari 1.Tapi buat aku & suami yang keturunannya banyak...hmmm...lebih berminat punya anak lebih dari 1, biar rame...hehehehe...
Risiko & Masalah Utama Hamil di Usia 35+
Sebenarnya kehamilan di atas umur 35th aja sudah termasuk berisiko tinggi. Banyak wanita yang mempertanyakan mengapa hamil di usia
30-an atau 40-an dianggap memiliki resiko tinggi. Di atas usia 35 tahun,
memang ada beberapa resiko yang meningkat baik untuk sang ibu (seperti
tekanan darah tinggi dan pre-eklampsia) dan juga untuk sang bayi
(seperti resiko Down Syndrome) meningkat tiap tahunnya. Tapi, tanpa
mengabaikan resiko-resiko tersebut, wanita yang berusia di atas 35 tahun
juga bisa kok menjalani kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang
sempurna.
Ada beberapa masalah yang sering ditemukan dokter pada wanita hamil
dengan usia di atas 35 tahun, seperti diabetes gestational (diabetes
yang muncul pada saat kehamilan), tekanan darah tinggi dan juga
masalah-masalah pada janin. Wanita hamil dengan usia yang lebih tua juga
akan lebih sering mengalami masalah pada kandung kemih dibandingkan
wanita hamil dengan usia yang lebih muda. Resiko-resiko lainnya adalah
resiko keguguran lebih besar, lebih banyak yang melahirkan melalui
operasi Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melahirkan
secara normal, dan juga memiliki resiko lebih tinggi melahirkan bayi
cacat.
Saat berusia akhir 30-an, wanita cenderung mengalami kondisi-kondisi
medis berkaitan dengan sistem reproduksi, seperti fibroid uterine dan
tumor otot. Fibroid uterine adalah pertumbuhan sel otot atau jaringan
lain di dinding uterus, membentuk tumor. Fibroid uterine dan tumor otot
bisa menimbulkan rasa nyeri atau perdarahan vagina saat kehamilan
berkembang. Jika wanita tersebut hamil di atas usia 40 tahun, tingkat
keparahannya bahkan lebih berat lagi. Problem-problem tadi bisa
bertambah dengan adanya hemoroid (wasir), inkontinensi (kesulitan
menahan keluarnya urin), varises, problem-problem pembuluh darah, nyeri
otot, nyeri punggung, dan juga proses melahirkan yang lebih sulit dan
lebih panjang.
Selain resiko melahirkan bayi dengan Sindroma Down, resiko keguguran
dan melahirkan dengan operasi Caesar, wanita hamil berusia di atas 35
tahunan juga memiliki resiko bayi meninggal saat dalam rahim atau saat
proses melahirkan. Walaupun resiko ini ada di setiap usia kehamilan,
namun pada wanita dengan usia 35 tahun ke atas, resiko ini lebih besar,
yaitu 7 dari 1000 kehamilan.
Khabar Baik Hamil di usia 35+
Jika Anda seorang wanita berusia di atas 35 tahun dan sedang hamil,
dokter Anda biasanya memperlakukan Anda dengan ekstra hati-hati. Anda
akan diminta untuk check up kehamilan lebih sering, dan lebih diwajibkan
untuk menjalani serangkaian tes, konseling genetik dan skrining
kendala-kendala yang mungkin terjadi pada wanita hamil usia 30-an.
Pilihan proses melahirkan juga biasanya lebih terbatas. Anda kemungkinan
tidak akan disarankan untuk melahirkan di bidan atau rumah bersalin
kecil, karena resiko melahirkan Anda lebih besar sehingga Anda akan
diminta untuk melahirkan di rumah sakit besar atau rumah bersalin besar.
Namun, dengan melakukan perawatan prenatal yang baik, Anda bisa
mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan usia persalinan secara
signifikan.
Kabar baiknya adalah, kebanyakan wanita yang hamil di usia 40-an
ternyata berhasil menjalani kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi
yang sehat pula. Dan wanita hamil pada usia 40-an biasanya lebih
berhati-hati terhadap kehamilannya dibandingkan wanita yang lebih muda.
Mereka akan lebih mencari dan menyerap informasi dengan baik tentang
kondisi-kondisi dan resiko-resiko yang mungkin terjadi pada kehamilan
mereka. Mereka biasanya lebih sering bertanya tentang perkembangan janin
mereka. Mereka juga lebih mementingkan perawatan pre-natal dan biasanya
mempersiapkan diri mereka lebih baik sebelum hamil, jika kehamilan
tersebut memang direncanakan. Karena itu para ilmuwan sekarang
mempercayai bahwa resiko ibu hamil di usia yang lebih tua tidak
meningkat secara tajam hanya karena faktor usia saja.
Kehamilan di usia di atas 35 tahun kedengarannya memang menyeramkan,
tapi seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kebanyakan wanita yang
hamil di atas usia 35 tahun berhasil menjalankan kehamilan yang sehat
dan melahirkan bayi yang sempurna. Memang benar bahwa resiko akan
bertambah sejalan dengan meningkatnya usia calon ibu saat hamil, namun
dengan persiapan yang lebih matang, informasi yang lebih lengkap, serta
bantuan tenaga kesehatan yang lebih sigap dan informatif terhadap
kondisi kehamilan beresiko tinggi akan membantu sang calon ibu untuk
bisa tetap percaya diri, sehat, dan semangat saat menjalani
kehamilannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar