Entah
sudah berapa sering saya mendapat pertanyaan di atas, sepanjang
perjalanan karir saya selama 20 tahun sebagai ahli patologi bahasa.
Sepertinya, para orangtua menunggu munculnya kemampuan berbahasa pada
anak-anak mereka seperti menunggu sebuah angkutan umum. Mereka merasa
tidak memiliki kontrol untuk mengetahui kapan kemampuan itu akan muncul.
Namun justru sebetulnya, kemampuan berbahasa pada anak sangat
dipengaruhi oleh orangtuanya.
Secara
umum, di’rumus’kan bahwa seorang anak akan mengucapkan kata pertamanya
antara usia 10 sampai dengan 18 bulan. Tidak ada tabel waktu yang bisa
secara persis menyatakan kapan seorang anak akan bicara. Cukup banyak
anak yang mulai berbicara di usia lebih dari 18 bulan dan masih terus
mengembangkan kemampuan berbahasanya, terutama dalam hal percakapan.
Kita juga sering luput mengamati, bahwa anak anak-anak yang bicara
dengan orang tertentu, tetapi tidak dengan yang lainnya. Nah, ketika
pada usia ke-2 anak terlihat tidak menggunakan kata-kata dalam bermain
dan memenuhi kebutuhan / keinginannya, maka kita harus teliti menelaah
bagaimana kemampuannya dalam pra-berbahasa.
Oleh
karena itu, pertanyaan yang harus diajukan sebenarnya adalah ; “Apa
yang dibutuhkan dan harus dilakukan oleh seorang anak sebelum ia bisa
bicara dan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi?”
Dari
pengalaman bertahun-tahun mewawancarai para orangtua, saya bisa membuat
kesimpulan bahwa kebanyakan orangtua menganggap kemampuan anak
berbahasa muncul secara otomatis, seperti halnya tumbuhnya rambut,
bertambahnya berat badan dll, tanpa harus ada bantuan khusus dari
orangtua, anggota keluarga maupun orang yang sehari-hari berhubungan
dengan si anak.
Untuk
dapat mengembangkan kemampuannya bicara dan berbahasa, Anak Anda perlu
memiliki beberapa kebiasaan yang kita, orang dewasa tak pernah pikirkan
sebagai kebiasaan yang dibutuhkan untuk dapat berbicara. Kebiasaan
tersebut antara lain adalah bermain dengan orang lain, bermain secara
bermakna dengan benda-benda yang ada, meniru, bergiliran / bergantian,
melakukan interaksi (timbal balik), berkomunikasi secara non-verbal, dan
menikmati hubungan dengan orang lain.
Seringkali
orangtua membawa anaknya yang berusia 3,4,5,6 tahun atau lebih untuk
menemui saya dengan keluhan bahwa mereka belum bisa bicara atau kalaupun
bicara hanya bicara sendiri saja. Para orangtua ini biasanya merasa
bahwa mereka sudah melakukan segala hal yang bisa mereka lakukan, dari
mulai mengajak bermain sampai mengajarkan bicara, sebagaimana mereka
melakukannya dengan anak-anak mereka yang lainnya. Tetapi karena segala
cara itu tak juga berhasil, maka mereka menyimpulkan bahwa ada sesuatu
yang tidak beres dengan anak mereka tersebut.
Beberapa keluhan dari para orangtua yang lazim saya temui adalah :
- “Anakku tidak bermain seperti halnya anak lain bermain”
- “Dia jarang memperhatikan hal-hal yang terjadi di sekelilingnya”
- “Ia tidak tertarik pada hal-hal baru”
- “Apa yang dia lakukan, pasti dilakukannya berulang-ulang”
- “Dia mendapatkan apa yang dibutuhkannya dengan cara menuntun kami ke hal yang dia inginkan atau dengan membuat suara-suara yang tidak jelas”
- “Anakku tidak menikmati kebersamaan dengan orang lain jika tanpa kegiatan”
- “Anakku lebih senang menyendiri”
- “Ia tidak mempedulikan orang lain”
- “Dia tidak bisa bermain bersama dengan sesamanya”
Saya
sudah berkali-kali mengatakan kepada para orangtua untuk berhenti
berharap Anaknya dapat sekonyong-konyong bicara. Sebaliknya, saya
meminta mereka untuk melihat ke dalam diri mereka sendiri dan mereka
akan menemukan betapa besar kekuatan yang mereka miliki untuk membantu
anak mereka bicara. Tujuan utama saya adalah mengajarkan para orangtua
apa yang anak mereka butuhkan sebelum bicara dan yang sama pentingnya,
mengjarkan mereka cara-cara ALAMI untuk mengubah diri mereka sehingga
anak bisa lebih banyak belajar BERSAMA dengan mereka.
Sekarang
saya akan mengingatkan Anda tentang beberapa hal penting yang Anda dan
anak Anda dapat lakukan secara rutin. Hal ini telah membantu anak-anak
lain mempersiapkan diri mereka untuk bicara. Perhatikanlah, ketika Anda
membaca daftar di bawah ini Anda mungkin akan mengatakan dua hal;
Pertama, bahwa Anda dan anak anda telah melakukan hal-hal tersebut.
Mungkin sajapernyataan Anda itu benar, tetapi mungkin saat melakukannya,
anak Anda belum siap menjadikannya suatu kebiasaan rutin. Kedua, anda
mungkin mengatakan bahwa hal-hal ini dilakukan hanya oleh anak-anak usia
bayi, sementara anda merasa bahwa anak anda sudah besar, lalu anda
tidak merasa ingin melakukan hal-hal seperti itu lagi. Jika itu
pernyataan Anda, maka jawaban saya adalah bahwa anak, dalam usia
berapapun, dapat belajar mengenai hal-hal yang mereka tidak pernah
pelajari sebelumnya, asalkan mereka memiliki mitra yang antusias
mendukung dan melakukan kegiatan itu bersama-sama dengan mereka.
Lihatlah
daftar di bawah ini, lalu dengan menggunakan skala 1 sampai 5 (1=tidak
pernah, 3=jarang, 5=rutin dilakukan) tulislah berapa sering hal ini
dilakukan
YANG PERLU DILAKUKAN OLEH ANAK
- Sering bermain dengan orang lain
- Bermain dengan benda-benda secara bermakna (telpon2an, masak2an, minum teh,mengendarai mobil dll)
- Menirukan tingkah laku dan bunyi-bunyian orang lain
- Bergiliran / bergantian
- Berinteraksi dengan orang lain, secara berkala semakin lama jangka waktunya Menggunakan bahasa tubuh dan bunyi- bunyian dalam berkomunikasi
- Aktif terlibat dalam permainan dengan orang lain dan menikmatinya Menunjukkan minatnya terhadap hal-hal yang baru
YANG PERLU ANDA LAKUKAN
- Sering bermain, sesering anak Anda
- Menyamai gerak-gerik dan cara komunikasi anak
- Menunggu – memberi waktu kepada anak untuk melakukan gilirannya dalam berinteraksi
- Menunjukkan kepada anak, langkah selanjutnya
- Bergiliran dan membiarkan giliran anak lebih lama dibanding Anda
- Merespon terhadap setiap gerakan dan bunyi yang dibuat anak, sekecil apapun itu
- Menjadikan permainan sebagai suatu hal yang menyenangkan dan bukan sebagai pelajaran / keharusan
Dr. James MacDonal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar