Dr. Irawaty Hawari, SpS
Poliklinik Syaraf – RS Permata Cibubur Pendahuluan Epilepsi adalah salah satu penyakit neurologi menahun yang dapat mengenai siapa saja di dunia tanpa batasan usia, gender, ras, sosial dan ekonomi. Di Indonesia, epilepsi dikenal oleh masyarakat kita sebagai “ayan” / “sawan”. Umumnya mereka mempunyai pandangan yang keliru (stigma) dan beranggapan bahwa Epilepsi bukanlah penyakit tapi karena masuknya roh jahat, kesurupan atau kutukan. Hal ini terjadi karena pada saat serangan epilepsi yang terjadi tiba-tiba di tempat umum, membuat masyarakat yang melihat menyimpulkan berbagai persepsi yang salah. Mereka juga takut memberi pertolongan karena beranggapan epilepsi dapat menular melalui air liur. Hal demikian tentunya berpengaruh negatif terhadap upaya pelayanan optimal bagi warga dengan epilepsi.
Begitu
pula dari kalangan medis sendiri, dimana para orang dengan epilepsi
kurang mendapatkan perhatian dan penanganan yang holistik. Mereka hanya
ditanya mengenai masih ada/tidaknya serangan dan menerima resep.
Beberapa dari mereka juga belum memahami pentingnya minum obat secara
teratur, sehingga banyak yang datang berobat karena serangan muncul
kembali akibat obat terputus. Disamping itu ternyata banyak masalah
psikososial yang timbul, yang tidak kalah pentingnya dari hanya sekedar
sering tidaknya serangan. Terutama bagi wanita dengan epilepsi, yang
merasa takut bila calon suaminya mengetahui bahwa dia menderita
epilepsi. Juga saat dia hamil takut anak yang dilahirkan akan cacat dan
ia akan disalahkan oleh suami dan keluarganya. Karena itu edukasi
terhadap penderita dan keluarga menjadi sangat penting, juga
keterlibatan dari disiplin ilmu yang lain seperti psikiater ataupun
psikolog.
Berapa prevalensi / angka kejadiannya?
Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang. Dari banyak studi menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi epilepsi aktif 8,2 / 1000 penduduk, sedangkan angka insidensi mencapai 50 per 100.000 penduduk. Bila jumlah penduduk Indonesia berkisar 220 juta, diperkirakan jumlah pasien epilepsi yang masih membutuhkan pengobatan sekitar 1,8 juta. Prevalensi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, menurun pada dewasa muda dan pertengahan, meningkat lagi pada kelompok usia lanjut.
Apa yang terjadi pada orang dengan Epilepsi?
Sebagaimana diketahui, otak kita sendiri terdiri dari sekitar seratus milyar sel-sel saraf yang disebut neuron, mereka membawa sinyal keseluruh bagian otak dan antara otak ke bagian-bagian lain dari tubuh. Masing-masing neuron menghasilkan sinyal listrik, yang kemudian disebarkan oleh neurotransmitter dalam bentuk sinyal penghantar listrik. Pada suatu serangan epilepsi, terjadi aktifitas listrik abnormal di otak kita, dengan bentuk manifestasi berupa serangan-serangan kejang atau bentuk lain seperti perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran dan perubahan-perubahan lain yang hilang timbul, baik yang terasa atau terlihat.
Apa penyebabnya?
Gangguan listrik di otak tersebut dapat disebabkan antara lain oleh kerusakan jaringan misalnya tumor otak, cedera kepala, atau akibat gejala sisa dari suatu penyakit seperti infeksi otak (meningitis, encephalitis), gangguan pembuluh darah otak (stroke), cacat lahir, kelainan genetika, serta sekitar 30% tidak diketahui penyebabnya.
Bagaimana manifestasi/gejalanya?
Manifestasi serangan dapat berbeda-beda karena tergantung pada fungsi otak mana yang terganggu. Masyarakat umumnya mengetahui bahwa serangan epilepsi berbentuk kejang kelojotan disertai mulut berbusa. Padahal, selain bentuk yang berupa kejang-kejang, manifestasi serangan juga dapat berupa hilang kesadaran sesaat (bengong), tiba-tiba menjatuhkan / melempar benda yang dipegang, atau terjadi perubahan perilaku yang tiba-tiba, sehingga keluarga mengira sedang kesurupan.
Secara
garis besar kita dapat membagi epilepsi berdasarkan jenis serangannya
menjadi dua bagian, yaitu epilepsi umum (kesadaran terganggu) dan
epilepsi parsial.
Jenis serangan yang termasuk dalam epilepsi umum adalah:
Jenis serangan yang termasuk dalam epilepsi parsial adalah:
Apakah epilepsi menular?
Epilepsi bukan penyakit menular, dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia tanpa batasan ras dan sosial-ekonomi. Kita tidak akan tertular meskipun terkena air liurnya. Apakah bisa sembuh? Sama dengan penyakit-penyakit kronis yang lain seperti Hipertensi (penyakit darah tinggi) atau Diabetes Mellitus (penyakit kencing manis), epilepsi juga penyakit yang dapat diobati dan dikendalikan. Diharapkan orang dengan epilepsi dapat berobat teratur, sehingga serangan dapat dikendalikan bahkan hilang dan mereka dapat hidup selayaknya orang normal. Dengan penanganan yang cepat, tepat dan benar akan meningkatkan kualitas hidup orang dengan epilepsi. Hal yang dapat dilakukan apabila kebetulan anda berada dekat orang dengan epilepsi yang sedang mengalami serangan: Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari benda keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat/benda berbahaya.
Catatan: Bagi orang dengan epilepsi dan keluarga atau mereka yang peduli dengan epilepsi dapat bergabung di KLUB EPSI yang berada di bawah Yayasan Epilepsi Indonesia (www.ina-epsy.org).
Dikutip dari : web rs permata cibubur
|
Rabu, 28 September 2011
Mengenal Epilepsi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar